Minggu, 20 Agustus 2017

Tell Me Why (Part 20)

Namira menelan ludah. Semua pasang mata menyorotinya dengan tatapan meminta penjelasan setelah celetukan Baim yang seketika menyudutkannya, berdua dengan Rado.
"Lho? Yang bener gimana nih?", Ghina menoleh ke arah Rado, "Jadi sekarang lo ke Namira nih, Do?"
"Seriusan?", susul Andra bertanya pada Rado yang mendadak pucat.
"G-gue kan cuma ngobrol biasa doang, Ndra. Ngga gimana-gimana.", jawab Rado akhirnya. Matanya tak berani menatap Baim yang sedari tadi menyorotinya tanpa jeda.
Namira menoleh Baim, "Lo apaan sih, Yu? Ngga usah kekanakan gitu deh. Nyantai aja cemburunya."
Baim tercekat mendengar ucapan Namira, "Gue? Cemburu?"
"Kalau ngga cemburu ngapain lo ngomong pake nada ketus begitu? Emang kenapa kalo gue ngobrolnya sama Rado? Dia temen gue juga kayak yang lain, dia enak diajak ngobrol apa aja, toh Brietta aja santai kok. Kenapa lo yang kedengarannya ngga terima gitu sih?", entah energi dari mana yang membuat Namira secara spontan bicara membabi buta seperti itu.
Baim tercengang, tidak menyangka respon Namira akan seperti itu. Rado yang tepat di sebelah Namira kontan menepuk bahu Namira, mengisyaratkan agar ia tenang dan jangan terbawa emosi.
"Eh, udah deh kok malah jadi ketus-ketusan gini. Please, guys, today is my day, waktunya buat hepi-hepi.", Ghina angkat bicara, menengahi.
"Kayaknya gue perlu ngomong berdua sama lo deh, Do.", ucap Baim pada Rado.
"Gue?", ulang Rado sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Apaan sih, Yu?", tanya Namira ke Baim.
"Gue mau ngomongin sesuatu sama Rado, ngga usah ikut campur lo."
"Gaaeeess, kalian ini apaan deh kenapa jadi gini ah!", Brietta yang sedari tadi diam ikut berkomentar.
"Mendingan kita makan aja yuk,yuk!", ajak Ghina antusias seraya menarik Andra. "Come one, babe! Kita aja deh yang ngalah, situasi lagi ngga enak banget ini. Aku ngga mau terbawa suasana.", bisik Ghina pada Andra yang enggan beranjak dari kursi.
"Ngga, aku kayaknya harus ikut Baim sama Rado deh. Takut mereka berantem ngga ada yang ngelerai.", balas Andra juga sambil berbisik.
"Beebbb!", rengek Ghina seraya menggelengkan kepalanya.
"Kamu ajak Brietta aja ya.", Andra menoleh Brietta, "Bri, temenin Ghina makan ya."
Brietta langsung mengerti maksud Andra, Ia mengangguk kemudian menggandeng lengan Ghina menuju meja prasmanan.
"Jangan di sini, di luar aja.", ucap Baim seraya beranjak dari kursinya lalu diikuti Rado.
"Gue ikut.", Namira berdiri.
Baim menggeleng. "Lo di sini aja sama Andra."
"Sebenernya masalah lo sama Rado apaan sih?", tanya Andra sambil berkacak pinggang. "Mendadak kok jadi aneh banget begini?"
"Gue juga ngga ngerti, Ndra. Baim jadi rada beda sama gue belakangan ini.", jawab Rado.
"Lo tuh yang kenapa? Kenapa lo dari dulu masih gini-gini aja ke gue?", tanya Baim ke Rado.
"Maksud lo apaan? Emang gue gimana?"
"Ikut gue ke luar, jangan di sini."
*
Di teras rumah Ghina, Baim, Rado, Andra dan Namira berdiri secara tak beraturan. Baim dan Andra saling berhadapan, Andra menyandar pada tiang bangunan, sedangkan Namira berdiri di dekat pintu.
"Kenapa lo masih munafik aja sih sama perasaan lo sendiri, Do?"
Rado tertegun mendengar pertanyaan Baim. "Gue munafik dari segi mananya Im?"
"Gue tau kalo dari awal perasaan lo ke Brietta cuma buat pelarian doang kan? Sebenernya hati lo masih berat buat ngelepas..", Baim menghela napas pendek. Matanya menunjuk ke arah Namira.
"Dia kan?"
Kontan terdengar pekikan Andra yang pelan namun tajam. Namira sendiri hanya tercengang tanpa kata.
Rado terbelalak, dia tidak menyangka Baim semudah itu membaca isi hatinya.
"Men, gue ke Namira cuma nyaman sebagai temen. Lain ke Brietta, gue jatuh cinta sama dia, bahkan sampai saat ini."
"Masih inget ngga lo sama kasus Kanaya jaman kita masih kuliah dulu?"
Rado mengangguk.
"Lo ngorbanin perasaan lo dan ngelepas Kanaya gitu aja setelah tau kalau dia suka sama gue. Dan saat itu gue minta lo janji ngga bakal begitu lagi ke gue kan, Do?"
"Lah, gue udah tepatin, Im."
Baim menggeleng. "Lo ngga jujur soal Namira ke gue dari dulu, Do. Kenapa lo ngga bilang terus terang kalau sebenarnya lo mau sama Namira sejak dulu?"
"Wah, lo kayaknya salah paham deh, Im. Gue ngga pernah bilang begitu. Tanya Andra sana, justru dia yang pernah bilang kalau dia ketemu Namira dulu sebelum Ghina..."
"Wey, kenapa jadi bawa nama guaaa?", Andra lantas menghampiri Rado kemudian mendorong bahunya pelan. "Bohong dia, Im. Jangan percaya!"
"Halah ngga usah sok bego, lo. Gue masih inget nyet dulu lo bilang kalau aja belum ketemu Ghina lo bakal ngejar Namira.", cibir Rado yang seketika membuat Andra menoleh Namira seraya menggleng keras.
"Jangan percaya, Mir. Sialan lo emang!", Andra membuat gerakan ingin menghantam Rado tapi ditariknya kembali.
Baim mendengus, "Kalau soal Andra gue ngga yakin dia serius sama omongannya. Tapi beda sama lo, Do. Tanpa bilang apapun udah ketahuan banget dan kelihatan jelas gimana cara lo ngeliatin Namira, ngobrol sama dia, dan gue tau banget hampir tiap hari lo stalkingin semua medsosnya kan?"
"Iya gue akuin kalau soal itu bener. Tapi gue kan udah bilang kalau gue ke Namira ini cuma.."
"Jaket pink yang lo beli di mall sama gue itu aslinya bukan buat Brietta kan? Tadinya lo mau ngasih kado ulangtahun buat Namira tapi setelah gue bilang kalau Namira paling ngga suka sama pink, lo akhirnya ngasih tuh jaket ke Brietta kan?"
Namira tercengang, "Do, lo serius?"
"Gue juga kayaknya pernah denger soal jaket itu deh. Dan sebelum itu Rado nanya ke gue butuh jaket cewek apa ngga soalnya dia mau jual.", Andra mengingat-ingat.
"Ya, i-itu kan.."
"Gue baru kepikiran dan keingetan semua itu belakangan ini, Do. Setelah gue perhatiin beberapa hari ini motor lo sering ada di depan rumah Namira. Kemaren juga lo ke kedai kan?"
"Ya terus kenapa sih, Yu, kalau Rado main ke kedai gue? Toh dia ngga gue traktir, dia makan, minum, bayar sendiri.", Namira melipat kedua tangannya, menghampiri Rado dan Baim, berdiri di antaranya.
"Gue ngga masalah soal itu. Yang gue masalahin kenapa dia ngga mau ngaku dan jujur ke gue."
"Gini deh, dari pada bikin salah paham mendingan lo jelasin aja semuanya deh, Do. Asli gue puyeng banget ngeliatnya kayak lagi nonton FTV siang bolong yang alay minta ampun itu tau ngga. Lagian lo kenapa jadi drama banget gini sih, Im?", Andra mengerutkan dahinya, bingung.
"Gue cuma mau minta Rado jujur."
"Terus kalaupun iya, dia ngaku kalau suka sama Namira, lalu apa? Lo mau ngapain?", tanya Andra lagi.
Baim terdiam sebentar, menarik napas dalam-dalam.
"Gue ikhlasin kalau lo emang mau sama Namira, Do."
"Sumpah lo?!", seru Andra. "Sekalipun dulu dia ngaku suka sama Namira sebelum lo, lo juga.."
"Ngga apa-apa, seenggaknya dia ngga ngorbanin perasaannya lagi."
Rado melotot. "Im, gila lo ya!"
"Haaah??! Apaan sih lo?!", Namira mendorong bahu Baim. "Dikira gue barang apa lo lempar lalu ikhlasin gitu aja? Nggak!", seru Namira kesal.
"Kalau Radonya mau sama lo giimana?", tanya Baim.
"Ya jelas enggak lah!"
Rado tersentak. Andra memekik pelan, seperti biasa. Baim tertegun sambil terus menatap Namira yang dengan tegas menolak perasaan Rado.
"Wayu lo jangan aneh-aneh lah. Sama lo yang gue sayang setengah mati aja nggak bakalan bisa jadi. Apa lagi sama Rado yang gue ngga punya perasaan apa-apa."
"See, Namira bilang dia ngga ada perasaan apapun ke gue. Gue pun begitu, Im. Cuma nyaman sebagai teman. Lagian dia cuma sayang sama lo, Im walaupun udah putus juga", ujar Rado tenang.
"Lo bisa bilang begitu karena udah denger langsung Namira bakal nolak lo kan?"
"Im, plis lah jangan menyudutkan gue begitu. Gue udah bicara sejujur-jujurnya ini kenapa masih tetep aja.."
Baim menggeleng, "Gue tahu lo bohong."
"Gue ngga bohong, Im!"
"Harusnya gue dulu lebih peka sama lo ya daripada akhirnya lo munafikin perasaan lo sendiri."
"Eh, apaan sih?"
"Dan soal Kanaya, gue ngga pernah jadian sama dia. Menaruh hati aja enggak."
Rado mengangguk, "Iya gue tahu."
"Tapi soal Namira lain ceritanya. Dan lo masih aja..udahlah ngaku aja Do!"
"Gue ngaku kalau gue nyaman sama Namira sebagai teman!"
"Gue tahu kalau sebenernya lebih dari itu!"
"Lah, kenapa jadi lo yang sotoy?"
"Hey, hey, calm broo!", Andra menengahi. "Lo juga aneh sih Im, maksa banget Rado buat ngakuin yang sebenernya buat apa dia akuin. Ngga penting banget Im, asli!"
"Kan udah gue bilang, gue mau Rado jujur sama perasaannya. Seenggaknya dia berani ngakuin ke gue, bilang terus  terang."
Rado mendengus, "Muka gue kayak penipu banget apa sampe bikin lo ngotot ngga percaya gitu sama gue?"
Namira menepuk Rado, "Udahlah Do, perdebatan ngga penting gini mendingan udahin aja. Si Wayu emang alay banget sekarang. Drama!"
Baim menghela napas, "Bela Rado banget?"
"Ih, ngga usah drama kenapa!"
"Mendingan udahan aja yuk terus masuk ke dalam, kita makan..", ujar Andra yang kemudian ditepis Baim.
"Ngaku aja kenapa sih?"
"Ngaku apa lagi yaelah, nyet!"
"Akuin aja perasaan lo ke Namira, setan!"
"Kalaupun gue ngaku untungnya apaan buat gue?! Ngga ada kan?! Namira udah bilang ngga akan bisa sama gue. Terus buat apa gue ngaku, setan!"
Baim tertegun. Namira tercekat. Andra menutup mulutnya sendiri agar tidak memekik dengan lantang.
Secara tidak langsung Rado sudah mengakui perasaannya terhadap Namira.
Rado mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

'Dasar goblok!'

to be contiunued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar