Aku merasa
begitu kacau.
Dan aku
merasa begitu aneh pada diriku sendiri.
Perasaanku
tiba-tiba berubah ketika aku membaca kabar kepergianmu.
Padahal kau
tau, jika selama ini aku begitu tak acuh padamu. Ketika dengan ramahnya kau
menanyakan kabarku, mencoba untuk mempedulikanku, yang kulakukan hanyalah
mengabaikan semua yang kau lakukan.
Aku tak baik
saat menanggapimu bicara, yang kulakukan hanyalah terus-terusan berucap dengan
ketus padamu.
Aku tak
pernah mencoba mengajakmu bicara, sikapku seakan tidak peduli dengan apapun
yang kau lakukan.
Namun yang
membuatku tercengang, kau masih saja bersedia mengajakku mengobrol walau
sebentar.
Namun apakah
kau tau jika sebenarnya aku tidak tega berbuat demikian padamu?
Aku merasa
serba salah.
Di satu sisi
aku ingin menghindarimu. Aku ingin kau menghilang dari hidupku.
Namun di
sisi lain aku merasa sangat rindu jika kau tak memberi kabar.
Di satu sisi
aku ingin berkawan baik denganmu.
Namun di
sisi lain aku terlalu takut jika kembali menelan kecewa.
Biarkan aku
mengakui ini padamu.
Sejujurnya,
aku masih sangat mempedulikanmu.
Aku tidak
ingin bersikap ketus. Aku tidak tega bersikap jutek padamu.
Tapi aku
harus melakukannya. Aku harus membentengi hatiku agar tak kembali goyah
karenamu.
Memang aku
merasa rindu, namun aku akan lebih tenang jika kau tak ada.
Karena aku
tau, kau akan datang dan pergi seperti angin. Datang tiba-tiba, lalu pergi
setelahnya.
Sekali lagi,
biarkan aku mengakui ini padamu.
Dulu aku
pernah berdoa agar kita tidak lagi dipertemukan. Aku berdoa dan memohon padaNya
agar kau benar-benar menghilang dari hidupku.
Aku sangat memohon
agar tidak diberi kesempatan satu kalipun untuk menatap wajahmu. Aku selalu
meminta agar tidak lagi mengingat nama, rupa, dan segala hal tentangmu.
Dan saat
ini, Sang Maha Mendengar tengah mengabulkan doaku dulu.
Akhirnya aku
tidak diberi kesempatan untuk bertatap muka denganmu. Sama sekali.
Disaat aku
kembali setelah 2 tahun meninggalkan kampung halaman, kau justru tak ada di
kota yang sama.
Tragisnya,
aku datang di hari yang sama dengan kepergianmu yang entah kemana.
Menurutmu,
bagaimana perasaanku?
Kini, aku
kembali berdoa padaNya. Aku memohon agar nantinya aku tidak menyesal atas doaku
dulu.
Karena kini
aku baru menyadari setelah sekian menit menatap langit.
Biarkan aku
kembali mengakui ini padamu.
Jauh di
lubuk hatiku..
Aku. Masih.
Terlalu. Mencintaimu.
Untuk Mr.
‘J’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar