“Jadi, siapa
yang sebenarnya kamu sukai? Kenapa kamu bisa menyukai banyak laki-laki?”
Pertanyaan dari
seorang temanku itu membuat dahiku mengerut. Sejujurnya aku sendiri pun tidak
mempunyai jawaban yang pasti atas pertanyaan yang dia beri. Aku pun sedikit
bingung jika harus mengemukakan siapa yang sebenarnya aku sukai sekarang. Karena
memang harus kuakui, banyak orang yang tengah kusukai sekarang.
Hah? Benarkah?
Apakah kamu playgirl?
Tentu saja
tidak. Yang aku maksud dengan menyukai banyak laki-laki disini merupakan
perasaan suka yang tidak bersifat berharap atau ingin memiliki. Aku menyukai
banyak laki-laki yang menurutku memiliki banyak daya tarik, dan hanya itu saja
alasan yang membuatku suka pada mereka. Aku tidak menyimpan harap apapun, semua
yang kurasa hanya perasaan cinta platonis semata.
Contohnya ketika
aku mengatakan bahwa aku menyukai aktor-aktor Korea. Diantaranya Lee Dong Hae ‘SUJU’,
Seo In Guk, Song Joong Ki, dan lain-lain. Misalnya lagi ketika aku ngefans
berat dengan pemain sepak bola seperti Ricardo Kaka, Edin Dzeko, Sergio Aguero.
Perasaan suka dan ngefans itu sama juga kurasakan pada tokoh dalam manga Jepang
macam Detektif Conan dan Ichijou Raku. Apakah wajar jika aku menyukai mereka
dan berharap mereka semua menjadi milikku? Apakah tidak wajar jika aku memiliki
perasaan seperti ini?
Menurut pendapatku,
antara suka, sayang dan cinta memiliki level yang berbeda, dan memiliki batas
masing-masing. Ketika aku mengatakan bila menyukai suatu barang, aku melihatnya
berdasarkan bentuk atau kegunaannya semata. Sama seperti saat aku menyukai
seseorang, yang kurasakan hanyalah perasaan suka di mata saja. Aku suka
rambutnya, aku suka matanya, aku suka caranya berbicara, aku suka senyumnya. Itulah
suka.
Contoh lain
ketika aku duduk di bangku SMK, aku menyukai adik kelasku yang jago basket
ditambah atlet pencak silat pula. Jika melihatnya berada di lapangan baik untuk
bermain basket atau latihan silat, aku akan bersorak kesenangan bahkan sampai
melonjak kegirangan. Suatu saat aku mendapat kesempatan untuk berjabat tangan
dengannya, saat itu aku merasa sangat beruntung. Namun ketika semua berlalu,
aku tidak merasakan kegirangan itu lagi. Sesampainya dirumah aku mulai lupa
dengan itu. Aku bahkan tidak memikirkannya sebelum tidur.
Lain halnya
ketika aku merasakan sayang terhadap seseorang. Bukan hanya sekedar fisik yang
kulihat, namun juga sikapnya terhadapku seperti apa. Jika dia selalu menanggapi
ucapanku dan memberiku perhatian, aku akan tersentuh. Aku akan selalu senang
bila dia ada didekatku, dan akan merasa rindu jika berjauhan. Namun disini
perlu aku garis bawahi, rasa sayang biasanya jarang memendam harap. Sayang memang
berada satu level diatas suka, namun sayang belum tentu cinta. Sayang bisa
diberikan oleh banyak orang. Contohnya teman, sahabat, saudara, atau juga
mantan kekasih.
Kenapa mantan
kekasih? Ya, adalah perasaan yang wajar bila masih memendam perasaan pada
mantan. Karena bagaimanapun juga mereka pernah ada dihati kita, pernah berbagi
rasa, berbagi suka dan duka. Lagipula, untuk apa membenci mantan? Kurasa itu
pemikiran yang konyol. Aneh kan, bila awalnya saling mengasihi, namun ketika
putus saling memaki. Seakan tidak ingat jika pernah merasa saling memiliki dan
menyayangi satu sama lain. Kenapa perasaan sayang yang dulu harus dihapus
dengan kebencian? Terlalu disakiti? Bukankah maaf dan keikhlasan itu diciptakan
untuk mendamaikan?
Dan selanjutnya
cinta.. Cinta menurut versiku adalah perasaan dengan level tertinggi. Di dalam
cinta terdapat banyak suka dan banyak sayang. Ditambah banyak harapan menumpuk,
baik untuk melindungi juga untuk memiliki. Cinta adalah perasaan yang cenderung
egois dan terkesan ‘gila’ untuk sebagian orang. Cinta adalah perasaan yang
sulit untuk diungkapkan dengan kata, namun bisa dirasakan dengan kuat dalam
diri kita. Cinta memiliki energi besar bagi yang merasakannya. Cinta hadir
tanpa diminta, bahkan terkadang dimaki karena datang tak tepat waktu. Cinta tercipta
untuk segala kebaikan, bukan hanya untuk sesama manusia, namun juga untuk semua
makluk hidup di dunia. Ketika kita memberi cinta, makan akan dibalas oleh cinta
juga. Asalkan kita beri dengan ikhlas, bukan semata-mata mencari simpati.
Namun untuk
sebagian orang, cinta dirasa tidak pernah berpihak padanya. Untuk sebagian
lain, cinta dirasa menyakitkan karena bertepuk sebelah tangan. Banyak cinta
terpendam dikarenakan penyakit bernama gengsi.
Dan cinta
ini kurasakan ketika aku mengenal orang itu. Dia adalah teman yang kujumpai di
dunia maya. Meski kami belum pernah saling bertatap muka, namun kami sudah saling
mengenal cukup lama. Awalnya aku hanya merasa suka karena wajahnya tampan dan
sifatnya yang humoris. Perasaan suka berganti menjadi sayang ketika aku mulai
merasakan perhatiannya padaku dan sikapnya yang begitu baik. Dan pada akhirnya
cinta datang merasuki hatiku. Aku mengharapkannya, aku ingin memilikinya, aku
ingin dia membalas perasaanku. Aku hanya mencintainya, laki-laki yang sekarang
ada dalam hatiku hanyalah dia. Aku memikirkannya setiap malam, aku merindukannya
jika dia tidak menghubungiku. Aku tersenyum lebar ketika dia menghubungiku
duluan, dan aku merasa sedih ketika mengetahui bahwa hatinya bukan untuk aku. Meski
begitu, hatiku tetap bertahan untuknya. Masih ada harapku untuk bisa
memilikinya suatu saat. Ya, aku diam-diam aku masih memendam harapan.
Lalu bagaimana
laki-laki lain yang masih sering kusebut namanya? Mantan kekasih, mantan calon
kekasih? Aku memang terkadang memikirkannya bahkan masih merindukannya. Namun hanya
sekedar itu, untuk segala harapan atau apapun itu, aku tidak lagi memilikinya.
Dan kini
akhirnya aku sudah mempunyai jawaban atas pertanyaan temanku itu. Siapa yang
sebenarnya ku sukai?
Jawabannya adalah
banyak orang.
Namun ketika
ditanya siapa seseorang yang aku cintai? Jawabannya tentulah hanya satu.
Dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar