Pada tanggal
29 September pukul 19:46 WITA, aku mendapat sebuah pesan yang kurasa begitu
menusuk dalam hatiku. Pesan yang dikirim oleh seseorang yang pernah menjadi
dambaan hatiku dulu. Seseorang yang pernah berhasil mencuri segala perhatianku
dan akhirnya menjatuhkan segala harapku dengan sempurna.
‘Aku hanya
bercanda. Lagipula siapa juga yang sedang menunggumu? PD sekali kamu ini ya..’
Aku membaca
pesan itu sambil tersenyum miris. Ada perasaan aneh yang seketika menyeruak
dalam dada. Bukan karena aku tidak terima dengan perkataannya, namun aku hanya
merasa aneh pada diriku sendiri. Ya, karena selama ini jujur saja aku merasa
dia selalu menungguku untuk kembali. Aku selalu beranggapan dia masih ingin
bertemu denganku sekali lagi. Karena sejujurnya akupun merasa demikian.
Namun nyatanya
dia telah berubah, salah, mungkin aku yang terlalu mendramatisir ini semua. Adalah
hal yang wajar jika dia tidak lagi berkeinginan untuk menunggu atau berpikir untuk
menemuiku jika aku kembali ke kota dimana kami berkenalan dan bertemu. Kota yang
menjadi kampung halaman kami berdua. Kota yang selama dua tahun ini
kutinggalkan dan kini aku berniat untuk kembali kesana.
Ya, kurasa
dia benar-benar dia memang tidak pernah menungguku untuk kembali selama ini.
lagipula menunggu untuk apa? Toh diantara kami memang tidak ada sesuatu yang
spesial. Tepatnya sudah tidak ada hubungan spesial lagi seperti dulu.
Masih di
hari yang sama, tiba-tiba pikiranku melayang pada satu orang lagi yang sempat
menjadi dambaan hatiku beberapa bulan belakangan ini. Ya, aku memang tengah menyukai
seseorang namun dia tidak merasakan hal yang sama. disaat itu aku teringat
padanya yang pernah mengatakan dalam pesannya;
‘Tidak sabar
untuk bertemu denganmu. Can’t wait..’
Aneh, disaat
ada yang dengan lugasnya mengatakan dia tidak menungguku, ada orang lain yang
mengatakan sebaliknya. Apa artinya? Apa memang orang itu ditakdirkan untuk
memberiku kebahagiaan? Ah, kurasa tidak. dia hanya seorang teman baik yang
ingin bertemu denganku, gadis yang belum pernah ditemuinya selama empat tahun
berteman ini. Kurasa itu hal yang wajar.
Namun ada
hal yang membuatku merasa aneh. Ketika dia mengatakan itu, di satu sisi aku
merasa sangat tersanjung dan bahagia tiada terkira. Namun di sisi lain aku
merasa kebahagiaanku runtuh seketika, begitu ingat jika dia telah memiliki
kekasih.
Aku membayangkan
jika pada akhirnya nanti kami dipertemukan, mungkin aku akan merasa kacau dan
bingung harus berbuat apa. Mungkin aku akan dengan sekuat tenaga menahan
perasaan kacau dalam hati. Memasang senyum yang dipaksakan agar dia tidak tau
jika aku sedih tiada terkira.
Ya, semua
itu mungkin saja terjadi suatu hari nanti.
30 September
pukul 20:38 WITA.
Aku merasa
perasaan aneh itu datang kembali. Pikiranku melayang pada dia yang jauh disana.
Dia yang selama ini tidak pernah mengacuhkan aku, dia yang tidak lagi mau
peduli denganku. Dia yang pernah kuakui menjadi kekasih, dia yang selama ini
paling ingin kutemui.
Namun apakah
dia juga (masih) ingin menemuiku, seperti apa yang pernah dia katakan dulu? Entahlah.
Dia tidak pernah mengatakan apapun padaku, jangankan mengatakan menungguku
kembali, menanyakan kabarku pun tidak pernah.
Ya, disaat
ada satu orang yang mengatakan jika tidak menungguku, satu orang lagi
mengatakan menungguku, ada satu orang lain lagi yang tidak kuketahui isi
hatinya. Mirisnya, justru orang itulah yang sangat ingin kutemui.
Aku merasa
semua ini begitu aneh.
Pada akhirnya,
aku hanya bisa membiarkan waktu berlalu perlahan. Menikmati tiap detik ini dan
terus mensyukurinya. Aku tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi kemudian
hari. Apakah aku akan bertemu dengan mereka? Apakah aku tidak memiliki
kesempatan untuk bertemu mereka? Aku tidak tau. Yang bisa aku lakukan hanya
menunggu waktu untuk menjawabnya.
Dan di penghujung
September ini, aku meletakkan banyak harap untuk bulan berikutnya. Semoga saja bukan
hanya sekedar harap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar