Minggu, 10 Agustus 2014

Cerita Seorang Teman

Aku memasuki sebuah gedung yang tengah menggelar acara reuni SMP. Mataku memandang sekeliling, dan spontan aku mengerutkan dahiku sendiri. Siapa mereka? Kenapa aku tidak mengenali mereka? Apa sebenarnya aku mengenali namun aku terlalu pangling akan perubahan penampilan teman-temanku ini? Sampai akhirnya satu persatu dari mereka menyapaku dan membuatku ber’Ooohhh’ karena akhirnya ingat siapa saja mereka. Aku tertawa sendiri sambil mengejek mereka yang berubah dengan drastisnya dibandingkan saat SMP dulu.
Natasha, si gadis cupu berubah menjadi wanita dewasa yang anggun, dan kini berhasil menggandeng pria tampan bak Pangeran. Tody, si mantan ketua OSIS yang terkenal tegas dan galak kini terlihat lebih jenaka dengan segala jokes-jokes garingnya. Dan si pasangan abnormal, Fandi dan Agus yang dulu selalu lengket berdua kini terpisah. Ya, karena mereka akhirnya berhasil menemukan pasangan mereka masing-masing, yang tentu saja wanita.
Sampai akhirnya mataku tertuju pada dia yang baru muncul dengan jas hitam dan kacamata lensa beningnya. Aku tercenung. Apakah dia adalah teman baikku itu? Ah, ternyata memang dia.
Tidak ada yang berubah dari dia. Dia tetap berbadan tinggi dan kurus. Masih tetap ramah dan sopan. Wajahnya kurasa juga tidak ada bedanya sejak kami duduk di bangku SMP dulu. Aku sampai heran dibuatnya, kenapa tidak ada satupun yang berubah dari sosok seorang Arjuna Wibowo?
Tunggu. Bagaimana dengan soal yang satu itu? Apa dia juga tidak berubah seperti dulu? Apa sifat polosnya masih melekat erat pada dirinya?
Ingatanku kembali ke masa sepuluh tahun lalu, tepat saat aku duduk di bangku kelas 1 SMP.
*
Seorang gadis berkulit putih lengkap dengan rambut panjang terurai indah menghampiriku di sudut bangku kantin. Wajahnya terlihat gugup dan sedikit malu melihatku.
“Kamu Andi kan?”, tanya gadis yang kutahu bernama Adelia itu. Aku mengangguk pelan.
“Kamu temennya Arjuna kan?”, tanya dia lagi.
“Ada apa? Kenapa tanya Arjuna?”, aku balik bertanya.
Adelia tidak menyahut. Tangannya mengeluarkan sesuatu dari saku rok birunya yang sedikit ketat.
“Titip ini buat dia ya.”, katanya seraya menyerahkan sebuah secarik kertas berwarna merah jambu. Aku pun menerima kertas itu dengan sedikit bingung. Saat itu aku tidak bisa menerka apapun, aku hanya bisa menahan rasa penasaranku sendiri.
Setelah memberikan kertas itu Adelia pun pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Sambil melihat dia pergi aku melirik kertas merah jambu yang kupegang. Tiba-tiba muncul pikiran untuk membukanya. Tapi bukankah ini ditujukan untuk temanku?
Masa bodoh, aku pun nekat membuka kertas itu dan membaca dua baris kalimat yang tertulis disana.
‘Untuk Arjuna Wibowo.  Aku suka kamu.’
Aku terhenyak kaget. Baru kali ini aku menemukan seorang gadis yang secara terang-terangan mengakui perasaannya. Aku merasa takjub.
Pada akhirnya, secarik kertas merah jambu itu tidak pernah sampai di tangan Arjuna.

“Jun, jangan balik dulu.”, seruku pada Arjuna yang bersiap meninggalkan kelas. Dia menoleh.
“Ayo ke kantin dulu, temani aku beli minuman.”, kataku beralasan. Arjuna hanya mengangguk pelan kemudian mengikutiku ke kantin.
Saat itu kantin sudah sangat sepi,  hanya ada aku, Arjuna, dan seseorang murid perempuan yang tengah duduk sendiri. Dan aku tahu persis siapa gadis itu
Aku mengajak Arjuna menghampirinya.
“Hey, Adelia.”, sapaku pada gadis itu. Dia menoleh dan memandang kami dengan ekspresi kaget.
“Kamu suka sama Arjuna kan?”, tanyaku tanpa basa-basi. Adelia terlihat kaget, begitupun dengan Arjuna.
Sepertinya Arjuna tidak nyaman dengan suasana ini, dia pun mencoba untuk pergi namun aku buru-buru mencegahnya. Entah kenapa aku merasa sangat ingin membuat dua orang ini jadian.
Arjuna memandangku seolah mengisyaratkan dia tidak nyaman dengan genggaman erat tanganku padanya.
“Ndi..”, bisiknya padaku. Aku melengos dan kembali memandang Adelia.
Beberapa saat setelah lama bungkam, Adelia pun menjawab. “Iya. Aku suka sama Arjuna.”, jawabnya pelan sambil menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang merah padam.
Aku tersenyum puas. Lalu berbalik memandang Arjuna yang tampak sangat shock. Wajah polos dan lugunya menggambarkan kebingungan yang luar biasa. Entah apa yang dia pikirkan saat itu, yang aku lihat dia seperti tidak tau apa yang akan dia katakan, dia tidak bisa mengekspresikan selain wajah polos yang tengah bingung.
“Nah, kamu kan udah tau kalau Adelia suka sama kamu. Kamu sendiri gimana, suka juga nggak sama dia?”
Arjuna kembali kaget, apalagi Adelia. Wajahnya makin merah padam seperti udang bakar.
Namun tak lama Arjuna menjawab, “Iya..”
Aku secara spontan bersorak. “Yaaak, hari ini kalian resmi jadiaaann!”
Hari itu, aku merasa benar-benar puas. Aku merasa bangga bisa menyatukan dua orang yang saling menyukai. Sebuah prestasi yang harus dipertahankan.

Esoknya saat aku memasuki kelas, suasana tengah ramai. Aku tidak paham siapa yang memulai namun sepertinya kabar Arjuna dan Adelia jadian sudah menyebar kemana-mana. Aku melihat Arjuna tengah tertunduk karena hampir seisi kelas menggodanya karena sudah punya pacar.
Aku memperhatikan eskpresi Arjuna dengan seksama. Kenapa dia kelihatan begitu kesal? Apa semua ini mengganggunya? Apa sebenarnya dia tidak menyukai Adelia?
*
Arjuna tertawa geli mengingat kejadian masa SMP lalu. Wajah polosnya masih melekat erat pada dirinya.
“Parah kamu, Ndi. Bikin kacau aja.”
Aku terkekeh. “Saat itu aku Cuma pengen menyatukan kalian berdua, men. Eh, lalu bagaimana setelah itu? Apa kamu benar-benar jadian dengan Adelia? Seingatku kamu tidak pernah terlihat bersamanya selama di sekolah. Ah, sial sekali saat naik kelas dua kita tidak satu kelas lagi.”
Arjuna meneguk jus jeruknya.”Banyak yang tidak kamu ketahui, Ndi.”
“Bagaimana aku bisa tau, kamu saja tidak pernah cerita apapun. Dasar introvert!”, ejekku yang disambut tawa kembali oleh Arjuna.

Ya, memang banyak yang tidak aku ketahui setelah hari itu, karena akhirnya aku berpisah kelas dengan Arjuna. Seiring berjalannya waktu aku terlupa dengan kisah Arjuna dan Adelia yang kurasa mengambang di awang-awang. Aku tidak tau persis apakah mereka benar pacaran atau tidak.
Dan akhirnya Arjuna mau menceritakannya padaku kali ini.

Pada kenyataannya, Arjuna tidak pernah menemui Adelia lagi semenjak kejadian di kantin itu. Karena yang dia rasakan hanyalah malu dan sakit hati akibat menjadi bahan olok-olok dikelas. Diapun memutuskan untuk tidak akan pernah menemui Adelia , sampai akhirnya di kelas 3 SMP ada sesuatu yang mengusik hatinya.
Suatu siang dia iseng menonton program FTV, dan itu adalah untuk pertamakalinya dia menonton acara tersebut. Banyak teman kelasnya yang hobi menonton FTV sampai membuatnya penasaran, sebagus apakah acara itu? Bukankah hanya drama seperti sinetron namun berdurasi pendek?
Dalam FTV yang ditonton Arjuna saat itu menceritakan seorang wanita yang cintanya dibiarkan menggantung tanpa kejelasan oleh si pria. Konflik cerita terfokus pada penantian si wanita yang ingin mendapatkan kepastian hubungannya dengan pria yang dia sukai, namun ditengah itu, si wanita bertemu pria lain yang malah menunjukkan kepedulian lebih kepadanya. Si wanita akhirnya bingung dalam memilih, apa dia harus tetap menunggu kepastian pria yang dia suka atau menerima hati pria kedua?
Ada satu hal yang mengusik Arjuna saat menonton FTV itu. Dia langsung teringat pada Adelia yang dia gantung perasaannya, dia sadar bahwa dia tidak memberikan kejelasan hubungan mereka secara langsung. Tiba-tiba dia merasa tidak enak hati. Pikirnya, mungkin saja Adelia menganggap mereka sudah jadian, namun anehnya jika sudah jadian kenapa tidak pernah menemui?
Hal lain yang kembali mengusik perasaan Arjuna adalah ketika dia mendengarkan radio pada suatu malam. Dia begitu kaget mendengar penyiar membacakan sebuah pesan berisi salam untuk dirinya.
Pesan itu berbunyi, “Salam untuk Arjuna Wibowo, aku suka banget sama kamu. Dari Adelia.”
Arjuna makin bingung dengan perasaannya saat ini. Dia benar-benar tidak tau harus berbuat apa pada Adelia. Apakah akan menemuinya, bicara langsung dengannya? Ah, Arjuna terlalu malu untuk melakukan semua itu.
Beberapa saat kemudian ada seorang temannya mengirimkan pesan singkat padanya. rupanya dia juga mendengar radio yang sama seperti Arjuna, dan tentunya dia mengetahui Adelia mengiriminya salam lewat radio itu.
‘Adel itu cantik, coy.  Kamu beruntung ada cewek cantik suka sama kamu. Gegar otak kamu ya?’, Arjuna membaca pesan itu dengan senyum tipis tanpa membalasnya.

Dan pada suatu ketika di sekolah, Arjuna akhirnya memberanikan diri mencari nomor handphone Adelia. Tak disangkanya dia kembali kena bully oleh teman-temannya gara-gara pesan salam dari radio itu. Arjuna pun menghampiri seorang teman yang dirasanya cukup akrab dengannya, namanya Ahmad. Ahmad yang juga teman sekelas Adelia saat kelas 1 itu pun akhirnya bersedia membantu Arjuna mencarikan nomor hp Adelia.
Namun ternyata mendapatkan nomor handphone Adelia itu tidak mudah. Sorenya Ahmad mengiriminya pesan.
‘Sorry Jun, aku nggak bisa dapat nomornya Adelia.’
Arjuna merasa sedikit kecewa namun dia bisa apa. Kalau menemuinya secara langsung, dia masih belum ada keberanian untuk melakukannya.
Beberapa saat kemudian, ada sesuatu yang mengejutkan Arjuna. Sebuah nomor tak dikenal mengiriminya sebuah pesan.
‘Hai, ini Arjuna kan?’. Entah kenapa saat itu firasat Arjuna meyakini nomor itu adalah nomor Adelia. Namun belum sempat dia membalas, ada pesan lain masuk. Masih nomor yang sama.
‘Ini aku, Adelia..’

Arjuna tersenyum tipis membacanya.
*
“Terus gimana Jun? Kamu akhirnya berani nemuin dia?”, tanyaku setelah menyimak cerita polos Arjuna itu.
Arjuna tak menyahut, hanya memasang tampang misteriusnya yang khas. Seperti di masa SMP, dia masih tidak berubah dengan kebiasaan menyembunyikan perasaannya itu. Membuatku makin penasaran seperti apa sebenarnya isi hatinya saat ini. Dia lelaki yang tidak bisa ditebak. Dia jarang menceritakan soal hidupnya padaku. Tidak sepertiku, Arjuna bukan tipe orang yang gemar curhat. Namun bagaimanapun, dia masih tetap jadi seorang teman baikku. Itu tidak akan pernah berubah.
Seusai acara reuni, aku dan Arjuna pun berpisah. Namun suatu hari aku akan bertemu dengannya lagi, menagih ceritanya yang masih mengambang.
Aku masih terlalu penasaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar