Disinilah
aku sekarang. Pada akhirnya aku berhasil menemukannya, setelah lama menunggu sebuah jawaban atas
segala risau selama ini. Ya, aku tahu kini apa sebab dan masalahnya. Kini aku
tahu semua jawabannya. Mungkin pikirnya aku akan merasa sakit dan terluka. Tapi
nyatanya aku tidak merasakan apapun, tidak sakit, tidak luka, aku bahkan tidak
meneteskan air mata. Aku sungguh tidak apa-apa. Yang kurasakan hanya kelegaan
tiada tara. Meski balasan atas penantianku ini tidak seindah yang kubayangkan,
tapi tetap saja aku merasa lega.
Sekarang aku
hanya perlu membenahi hatiku kembali, menata perasaanku agar lebih baik lagi.
Segala yang telah kulakukan memang sudah tidak ada guna. Namun begitu, aku
merasa tidak ada sesal, sedih, duka dan kecewa. Karena setidaknya, aku sudah
berani melawan gengsi dan bicara sejujurnya atas perasaanku selama ini.
Malam tadi
aku memikirkan banyak hal. Mungkin selama ini akulah yang salah menempatkan
diriku. Harusnya aku bisa bercermin dari kisahku dimasalalu, namun nyatanya aku
mengulangi kebodohan yang sama. Aku sadari aku yang terlalu gegabah, aku
seperti memaksakan kehendakku dan mendorong perasaanku sendiri hingga menjadi
egois. Keegoisan itulah yang membuatku berbuat seenaknya dan bicara semaunya
tanpa memikirkan dia yang ada di seberang sana. Aku tidak memikirkan apakah dia
akan suka dengan sikapku ini, apakah dia akan menerima perasaanku dengan
sifatku yang seenaknya begini? Aku sungguh tidak memikirkan semua itu di awal.
Ya, dan pada akhirnya aku Cuma bisa menyalahkan diriku sendiri.
Aku sempat
memaki keadaan yang tidak pernah berpihak padaku. Aku pernah mencaci diriku
sendiri yang tidak bisa menjadi sosok yang mempesona untuknya. Aku berkali-kali
marah karena dia yang tidak pernah mau mengerti akan perasaanku. Aku pun sempat
berpikir untuk tidak mau lagi peduli, meski perasaanku masih kuat padanya. Tapi
pada akhirnya, aku menyerah pada takdir. Aku sadari banyak kekuranganku, aku
pahami seperti apa sikap burukku. Banyak hal yang membuatnya tidak suka, juga banyak
hal yang masih perlu aku perbaiki. Mungkin aku bukan yang terbaik untuknya, dan
dia bukanlah yang dijodohkan untukku.
Ya, lagipula
untuk apa aku berlarut dalam duka sedangkan diluar sana masih ada banyak tawa?
Itulah yang kupikirkan saat menenangkan diriku sendiri. Dan aku merasa lebih
baik.
Setelah
kupikir lagi, kurasa tidak ada yang salah dari semua ini. Aku menyukainya, itu
tidak salah. Dia tidak menyukaiku, itupun tidak salah. Jarak yang jauh pun
tidak sepatutnya disalahkan. Yang salah adalah jika aku tetap memaksakan
perasaan egois ini dan membuatnya semakin tidak nyaman. Yang salah adalah
ketika aku terus mempertahankan apa yang harusnya bukan untuk aku pertahankan.
Yang salah adalah jika tetap membohongi perasaan yang ada, dan pada akhirnya
menyiksa diri sendiri.
Sekali lagi,
tidak ada sakit, luka, duka, sedih, dan air mata. Aku merasa semuanya baik-baik
saja selama kejujuran itu ada. Aku berterimakasih untuknya yang bersedia bicara
namun hanya lewat kata dan secara tidak langsung padaku. Aku tidak menganggap
hal itu sebagai perbuatan pengecut, aku sadar aku pun tidak pernah mengatakan perasaanku
secara langsung padanya.
Semua berawal
melalui kode, dan berakhir dengan kalimat penuh kode. Tidak seperti percakapan
manusia pada umumnya. Kita diam, namun ‘bicara’ melalui kode. Tanpa memanggil
nama, tanpa menyebut inisial, hanya isyarat saja. Lucunya, kita berdua
sama-sama mengerti meski hanya bermodal kode dan isyarat yang kita tuliskan.
Itulah uniknya, dan tentunya sangat mengesankan. Kisah ini jadi tidak terlihat
mainstream.
Dan..
Inilah titik
akhir dari kisahku denganmu. Selesai. Tamat. Kurasa tidak akan ada lagi kode,
isyarat, nama rahasia atau semacamnya. Hanya ada aku, kau, dan kenangan kita
yang singkat. Meski sempat ada rasa lelah dan hendak menyerah, meski berakhir
kacau dan tidak sesuai harapanku, tapi aku lega karena tak menyisakan sesal
juga luka. Terimakasih sudah menjawab segala risauku selama ini, terimakasih
atas semua kejujuranmu. Terimakasih
untuk segala kepedulianmu, terimakasih pula telah bersedia menjadi temanku. Semoga
hidupmu selalu menyenangkan. Dan berdoa juga untukku agar hidupku tak kalah
menyenangkan.
Senang
berkenalan denganmu.
Untuk M.
(March 25th)
Sebuah
kejujuran perasaan. Sebuah akhir yang melegakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar