Jumat, 08 Agustus 2014

Untuk M



Hei. Kau tau aku, bukan? Aku tlah lama mengenalmu, dan kaupun juga sudah akrab dengan namaku.
Apa kau ingat berapa lama kita berteman baik? Sekitar empat tahun lamanya. Bukankah itu waktu yg lama untuk sebuah pertemanan yg hanya bisa 'bertemu' tanpa menatap langsung?
Kita ini aneh ya, padahal kita hidup dalam satu kota yg sama, kita sudah saling mengenal cukup lama, kenapa kita tak pernah sekalipun bertatap muka? Tunggu. Bahkan mendengar suaramu pun aku belum pernah selama empat tahun kita menjalin pertemanan ini.
Aku selalu merasa bahwa selama ini, takdir tak mengizinkan aku bertemu denganmu atau hanya sekedar mendengar kau bilang 'halo' padaku..

Mengenal Sosokmu Yang Menyenangkan.

Kau tau apa yg kusuka darimu? Keramahan juga sifat humorismu. Kau mampu membuatku terus tersenyum dan tak jarang tertawa terpingkal-pingkal di setiap sesi percakapan kita melalui chat. Ada saja lelucon yg kau buat, macam pelawak, banyak jokes yg kau keluarkan untuk menghiburku.
Hei, aku tidak menganggapmu seperti pelawak kok. Kau adalah seorang teman yg menyenangkan, yg membuatku lupa jika aku sedang sedih. Dan aku berterimakasih untuk itu..

Ada Rasa Yang Diam-diam Bersemi

Dulu aku merasa terlalu nyaman denganmu sebagai teman. Aku bahkan berani curhat ini itu padamu tanpa ragu. Namun di suatu saat, ada hal yg membuatku sedikit menjauh darimu.
Kau ingat saat kau bilang pada temanku (yg juga teman SMPmu) kalau aku ini aneh karena suka curhat padamu tentang masalah pribadi? Ya. Itulah yg membuatku seketika merasa tak enak hati, juga malu padamu. Aku merasa harusnya aku tak seperti itu padamu. Aku lalu menjauhimu, menghindari chatting denganmu, mengacuhkan sapaanmu di chat.
Itu semua kulakukan karena aku terlalu malu padamu.
Tapi yg aneh adalah, aku begitu sangat merindukanmu saat aku menjauhimu. Aku rindu bercakap-cakap denganmu lewat chat. Aku rindu leluconmu. Aku rindu semua tentangmu. Dan disitulah aku mulai sadar, kalau aku telah jatuh cinta.
Ya, aku jatuh cinta padamu, sosok humoris yg tak pernah kutatap langsung.

Rasa Itu Sembunyi Di Balik Tawaku

Aku tak pernah menyangka jika aku akan kehilanganmu. Padahal rasa ini tak bergurau, harapan bisa bersamamu begitu kuat. Tapi apa daya, hubungan kita yg hanya di dunia maya membuat segalanya menjadi sulit untukku. Hingga pada suatu ketika, aku tau kau tlah memiliki kekasih (yg juga ditemui lewat dunia maya)
Aku merasa payah. Harusnya aku mampu meraihmu lebih dulu. Tapi kenapa dia yg berhasil mencuri perhatianmu? Bukankah kau mengenalku lebih dulu
?
Aku sedih. Aku cemburu. Aku luka. Aku tak rela. Tapi aku bisa apa? Hanya sebuah ucapan 'semoga langgeng' di iringi tawa yg bisa ku ucapkan, dibalik rasa cemburu yg menggebu.
Dan aku mulai menyamarkan namamu sejak saat itu. Aku menyembunyikan namamu di tempat istimewa dalam sudut hatiku. Kau tetap akan tinggal disana, entah sampai kapan.

Namamu Samar, Namun Tetap Ada

Selama dua tahun setelah itu, kita menjalani kehidupan masing-masing sambil terus tetap berteman. Aku masih sering menyapamu, dan kaupun tak pernah menghilangkan keramahanmu padaku. Aku menjalani hubungan dg orang lain, kau pun masih langgeng dengannya. Seperti tak ada batas bagi kita untuk tetap berkawan baik. Tapi jujur saja, aku tak pernah melupakanmu sebagai orang yg pernah kucintai. Selama dua tahun itu, namamu tetap terjaga disana, di sudut hatiku yg terdalam. Meski tertutup oleh nama lain, meski sekilas terlihat samar, namun kau tetap ada disana.
Sampai suatu ketika kau berpisah dg kekasihmu, dan aku gagal menjalani hubungan jarak jauh dg kekasihku, kita seperti didekatkan kembali oleh semesta. Aku merasa kita seperti kembali di masa lalu, masa dimana hanya ada kau dan aku yg bermain dalam cerita ini.
Dan kurasa, cinta yg selama ini kusembunyikan itu muncul kembali.

Namun ada satu hal yg membuat rumit.. Jarak.
Ya, jarak kita yg terlampau jauh membuat perasaanku menjadi rumit. Aku bingung harus berbuat apa pada rasa yg makin menggebu tiap harinya.
Dulu kita tinggal dalam satu kota, hanya terpisah kecamatan saja. Tapi kali ini teramat berbeda. Karena kita tinggal di pulau yg berbeda.
Takdir makin menjauhkanku darimu. Makin menipiskan harapanku untuk bertemu denganmu. Kali ini aku tidak beruntung, lagi.

Sebuah Kode, Isyarat, Bahasa, Yang Tak Mampu Kubaca

Aku gadis yg cukup peka membaca perasaan. Aku bisa melihat dan membedakan mana yg menyukaiku atau tidak, mana yg benar sahabat atau musuh dalam selimut. Aku cukup handal untuk itu.
Tapi kali ini, kemampuan kepekaanku tak berfungsi padamu. Sungguh aneh. Aku tak mampu melihat, bahkan untuk sekedar menerka apa yg kau pikirkan tentang aku. Aku tak berani meyakini apapun, aku ragu dg sikapmu. Aku tak melihat hitam atau putih. Hanya ada abu-abu.
Kau sadar bukan seperti apa kedekatan kita? Ya, aku memang tak bisa bilang hubungan ini sebagai awal penjajakan atau semacamnya. Tapi bukankah kita sudah cukup dekat? Tidakkah kau lihat dan rasakan apa yg kurasakan padamu? Jika aku tak mampu membaca isi hatimu, lalu apa kau jg tak bisa menerka isi hatiku? Aku malas dg tebak-tebak buah manggis ini. Aku perlu ketegasan. Tapi kurasa kau tak mengerti. Itulah rumitnya.
Padahal jujur saja, sesungguhnya aku ingin sekali kau tahu apa yg kurasakan padamu dari dulu.

ITULAH MENGAPA KU TULIS SEMUA INI.

Namun apa kau tau, dibalik segala rasa yg ada, ada sebuah ketakutan yg menyelimuti hatiku.
Aku takut dengan kenyataan apabila, mungkin saja setelah kau tau perasaanku, kau akan menjauh dariku.
Aku takut dengan kenyataan apabila, mungkin saja kalau ternyata kau tak punya perasaan apapun padaku.
Aku takut dengan kenyataan apabila, aku akan kembali merasakan patah hati.
Aku terlalu takut akan semua itu.

Dan kini aku bisa apa? Mengharapkanmu bisa mengerti yg kurasakan sepertinya sulit. Menunggu kesempatan bertemu denganmu juga tak mudah. Membuatmu mengerti perasaanku? Ah, sudah kucoba berulang kali. Tapi kurasa kau tak pernah mengerti.
Atau kau mengerti tapi pura-pura tak mengerti? Atau kau mengerti tapi tak mau mengakui? Atau kau pura-pura mengerti tapi sebenarnya tak mengerti
Ini rumit. Karena aku tak bisa membaca pikiran juga isi hatimu..

Dan kini aku mulai lelah untuk berharap.. Aku mulai pesimis dengan harapku padamu.
Mungkin baiknya kini kita tetap berkawan baik.
Mungkin selamanya akan tetap jadi teman baik.
Mungkin kita tak bisa seperti karakter anime yg kita sama-sama sukai. (Berakhir bahagia)
Mungkin selamanya aku akan terus mencoba menerka isi hatimu.
Mungkin selamanya kau tetap tak mengerti isi hatiku.
Mungkin selamanya namamu akan tetap disana, di sudut hatiku yg terdalam.

Dan yg terakhir..

Hei. Aku selalu suka saat kau memanggilku 'Chitoge'..

****
Sebuah ungkapan perasaan. Sebuah kode yg sengaja kupecahkan. Sebuah rasa yg tak mampu disamarkan..

6-6-2014 / 17:35 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar