Sabtu, 23 Agustus 2014

Nice To Meet You



Aku kembali. Inilah tempat yg paling kurindukan selama ini, tempat ternyaman yg pernah aku tinggalkan. Tapi kini aku kembali, kampung halamanku.
Dan aku kembali bernostalgia dg kenangan yg pernah kualami. Mengenang segala hal yg pernah terjadi.
Seorang teman mengajakku berkeliling, menikmati suasana baru kota yg cukup lama aku tinggalkan. Kami menuju pusat kota, berbincang banyak hal, terutama yg belum aku tahu dari tempat ini sekarang.
Sampai akhirnya mataku yg berkeliaran memandang sekeliling menangkap sosok bayangan, dan kurasa aku mengenalinya. Aku agak tersentak begitu tahu pasti siapa yg tengah aku lihat.
Lelaki yg setengah mati ingin aku lupakan.

Aku harus apa? Menghampiri lalu menyapanya? Mengajaknya berbincang dan bernostalgia? Aku mendengus. Mimpi! Bodoh sekali jika aku melakukannya, aku akan terlihat seperti orang yg tidak tahu diri. Karena yg kulihat bukan hanya dia seorang, tp ada seseorang lain di sampingnya. Kekasih.
Aku menghela napas panjang. Melihatnya dari kejauhan saja rasanya sudah cukup untuk mengobati rasa rindu. Dan dalam sekejap pikiranku bernostalgia sendiri. Ada kejadian flashback muncul dikepalaku.
Tentang pertemuanku dengannya.

Hari itu hari ulangtahunku, dan itulah untuk pertamakalinya aku bertemu dengannya. Menatapnya secara langsung. Berbincang banyak hal dengannya. Bercanda berdua. Hanya kami berdua. Dan saat itu, aku merasa sangat bahagia. Aku adalah orang paling beruntung di dunia, hari itu. Karena bertemu orang yg paling aku dambakan, paling aku sayangi.
Aku ingat saat dia bermanja di pangkuanku. Dia mengejekku karena perutku agak besar dan terlihat gemuk. Tangannya yg jahil menepuk-nepuk perutku, dan aku balas mengacak-acak rambutnya. Saat itu tanpa sadar, ada dorongan untuk menciumnya. Dan itu kulakukan. Seketika aku menyadari ketololanku. Gila! Kenapa aku seberani itu
Dia memandangku dg ekspresi kaget. Tapi dia tak terlihat marah. Aku lega.
Aku pun ingat saat dia memberikan pelukan yg dia bilang sebagai kado untukku. Dan aku melepasnya pergi setelah sebuah kecupan mesra yg dia berikan.
Aku sangat bahagia hari itu.. sangat bahagia.

Lagi-lagi aku menghela napas panjang. Ingatan yg harusnya aku enyahkan dari pikiran ternyata masih terus menempel lekat dalam otak. Sebuah kenangan yg menyiksaku, yg membuatku tak mampu melupakannya.

Beberapa saat kemudian kurasakan mataku melihat bayangannya menuju ke arahku. Dia menemukanku! Seketika membuatku gagu, apa yg harus aku lakukan?

Dan akhirnya dia berdiri tepat di hadapanku, memandangku dg senyum lebar dan menunjukkan ekspresi tidak percaya sekaligus senang. Aku masih diam tak berkutik. Rasanya sungguh tak siap untuk bertemu dengannya sekarang.
Wajahnya masih memasang senyum, senyuman yg masih sama saat kami bertemu pertamakali, dulu. Dia menanyakan apa kabarku, menanyakan kapan aku kembali, menanyakan dg siapa aku kembali, dan bertanya kenapa aku tidak memberitahukannya kalau aku kembali.
Aku hanya bisa menjawab seadanya. Tampangku seperti orang linglung. Sungguh tak sanggup dan tak siap menghadapinya sekarang. Apalagi ketika seorang gadis menghampiri kami, dan disambut sebuah rangkulan dari dia.
Itukah kekasihmu? Gadis berjilbab yg disampingmu itukah kekasihmu?

Aku menghela napas lagi. Ada sesak yg tak bisa lagi kutahan. Rongga dadaku seakan menyempit. Dan kurasa aku harus beranjak pergi saat ini juga.

Aku memandangnya dg nanar, luka lama ini terasa kembali menyerang.

"Terimakasih sudah mau menyapaku. Nice to meet you.", ucapku lirih padanya dg senyum tipis.

Aku beranjak pergi dari tempat itu. Membawa segala sesak ini pulang, dan mengenyahkannya segera. Ya, harus segera ku enyahkan. Kemudian berharap, tidak ada sisa luka yg tertinggal..

*****
Sebuah ilustrasi di masa depan yg mungkin saja terjadi. Mungkin saja...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar