Aku pernah
jatuh cinta pada Dia yang tak pernah kulihat. Aku jatuh cinta pada Dia yang tak
pernah kusentuh, sama sekali.
Aneh? Begitulah nyatanya.
Aku mengenalnya lewat dunia maya, berbicara padanya melalui udara. Berkomunikasi dengannya tanpa pernah berjumpa langsung. Aku tau wajahnya berkat foto yg dia unggah di akun media sosialnya. Aku tau suaranya berkat sambungan telepon. Aku tau sifat dan kebiasaannya berkat intensitas komunikasi yg lancar.
Ini memang terdengar agak aneh, bagaimana mungkin bisa jatuh cinta tanpa pernah bertatap muka secara langsung? Tapi aku adalah bukti nyata yg pernah merasakannya. Aku benar-benar jatuh cinta. Saat itu.
Awalnya aku merasa sangat konyol saat menjalani hubungan ini. Karena lihatlah, aku berpacaran dg orang yg sama sekali belum pernah aku temui! Apakah aku tengah menjadi tokoh utama dalam sebuah film televisi? Kenapa kisah cintaku jadi aneh begini?
Tapi sekali lg, inilah nyatanya. Aku benar-benar menjalani hubungan-jarak-jauh-tanpa-pernah-sekalipun-bertemu ini dg kesadaran juga tanpa paksaan dari siapapun.
Saat itu aku melihatnya sebagai laki-laki yg baik, lucu dan menyenangkan. Meskipun juga terkadang menyebalkan dan sering membuat pertengkaran, tapi aku tak sekalipun merasa menyesal. Aku cukup senang 'memiliki' dia di tengah segala kekurangan yg ada. Aku pun tak malu jika mengakui Dia adalah kekasihku pada teman-temanku. Dia pun sebaliknya, dia tak merasa risih saat mengakui hubungan kami ini pada teman-temannya.
Di tengah rasa nyaman atas hubungan dan perasaan sayang ini, ada sebuah kendala yg tak bisa kami hindari juga atasi. Jarak yg amat jauh ini ternyata begitu menyiksa. Ya, karena dia dan aku tinggal di pulau yg berbeda. Kami terpisah ribuan kilometer, dan itu sulit untuk dijangkau. Waktu, uang, dan kesempatan juga menjadi faktor penghambat hubungan ini. Entah kapan aku dan dia akan bertemu. Entah sampai kapan aku dan dia menunggu kesempatan itu. Aku dan dia hanya terus berharap, semoga takdir segera mempertemukan kami. Secepatnya.
Tapi ternyata, takdir berkata lain.
Tepat di bulan ketujuh hubungan kami, kami memutuskan untuk menyudahinya.
Sebabnya? Ada banyak hal yg tak bisa kami atasi. Masalah utamanya tetap pada sifat keras kami masing-masing. Kuakui aku yg terlalu egois padanya, dan dia yg terlalu sabar menghadapiku. Aku yg terlalu banyak mengecewakannya, dia yg terlalu sering mengalah. Saat itu aku tau dia mulai lelah, akupun tak bisa lagi mempertahankan ini. Aku tidak mau makin membuatnya kecewa atas ulahku. Aku juga tidak ingin menyiksa dan melukainya lebih lama lagi.
Maka itu, aku dan dia sepakat untuk mengakhiri hubungan yg sudah memasuki bulan ketujuh ini. Bukan sudah tidak ada rasa sayang lagi, tapi kurasa inilah yg terbaik untuk kami. Dan semoga memang yg terbaik..
Ini adalah bulan kesepuluh setelah kami berpisah, dan rasa sayang ini masih ada sampai saat ini. Sampai kini dimana dia telah memiliki kekasih lagi.
********
Aku pernah jatuh cinta pada Dia yang tak bisa kumiliki. Aku bertemu dengannya pertama kali tepat di harijadiku yg ke delapanbelas, dua tahun lalu. Aku bisa melihatnya secara langsung dg kedua mataku, aku dapat mendengar suaranya tanpa perantara alat apapun. Aku bisa berbicara banyak hal dengannya sambil bertatap muka secara langsung.
Aku benar-benar jatuh cinta dg amat gila padanya.
Ya, aku mencintainya dg membabi buta. Seolah aku tidak perduli dg sgala sikap menyebalkannya yg sering dia perbuat padaku. Aku mencintai kelebihan dan kekurangan yg ada pada dirinya. Aku cinta sikap cueknya. Aku cinta segalanya.
Dan saat itu aku pun merasa dia juga merasakan hal yg sama. Aku cukup yakin dia dan aku akan menjalin hubungan yg lebih dari ini. Aku sangat berharap kami bisa saling memiliki.
Tapi takdir berkata lain.
Pada akhirnya dia memilih untuk meninggalkanku. Dia memutuskan untuk memilih orang lain yg dia rasa pantas untuk menemani harinya. Dia meninggalkanku dg alasan yg sangat klise, dengan mengatakan ; 'aku tidak memiliki perasaan apapun padamu'.
Aku tak percaya dg semua itu. Karena aku yakin dia pasti memiliki rasa yg sama. Mungkin karena berbagai alasan lah yg akhirnya menentukan siapa yg dia pilih. Dan pilihannya itu ternyata bukan aku.
Dan jujur saja, aku masih menyimpan rasa padanya hingga saat ini. Aku blum bisa melupakan dan membuang segala rasa ini untuknya. Sampai sekarang akupun masih cukup yakin dg pemikiranku. Aku yakin dia pasti memiliki rasa yg sama meski dia tak mengatakannya padaku. Sejak dua tahun lalu, mungkin sampai saat ini. Sampai saat dimana dia kini sudah memiliki kekasih. Mungkin.
****
Sebuah kejujuran perasaan, dan realita yang ada...
Aneh? Begitulah nyatanya.
Aku mengenalnya lewat dunia maya, berbicara padanya melalui udara. Berkomunikasi dengannya tanpa pernah berjumpa langsung. Aku tau wajahnya berkat foto yg dia unggah di akun media sosialnya. Aku tau suaranya berkat sambungan telepon. Aku tau sifat dan kebiasaannya berkat intensitas komunikasi yg lancar.
Ini memang terdengar agak aneh, bagaimana mungkin bisa jatuh cinta tanpa pernah bertatap muka secara langsung? Tapi aku adalah bukti nyata yg pernah merasakannya. Aku benar-benar jatuh cinta. Saat itu.
Awalnya aku merasa sangat konyol saat menjalani hubungan ini. Karena lihatlah, aku berpacaran dg orang yg sama sekali belum pernah aku temui! Apakah aku tengah menjadi tokoh utama dalam sebuah film televisi? Kenapa kisah cintaku jadi aneh begini?
Tapi sekali lg, inilah nyatanya. Aku benar-benar menjalani hubungan-jarak-jauh-tanpa-pernah-sekalipun-bertemu ini dg kesadaran juga tanpa paksaan dari siapapun.
Saat itu aku melihatnya sebagai laki-laki yg baik, lucu dan menyenangkan. Meskipun juga terkadang menyebalkan dan sering membuat pertengkaran, tapi aku tak sekalipun merasa menyesal. Aku cukup senang 'memiliki' dia di tengah segala kekurangan yg ada. Aku pun tak malu jika mengakui Dia adalah kekasihku pada teman-temanku. Dia pun sebaliknya, dia tak merasa risih saat mengakui hubungan kami ini pada teman-temannya.
Di tengah rasa nyaman atas hubungan dan perasaan sayang ini, ada sebuah kendala yg tak bisa kami hindari juga atasi. Jarak yg amat jauh ini ternyata begitu menyiksa. Ya, karena dia dan aku tinggal di pulau yg berbeda. Kami terpisah ribuan kilometer, dan itu sulit untuk dijangkau. Waktu, uang, dan kesempatan juga menjadi faktor penghambat hubungan ini. Entah kapan aku dan dia akan bertemu. Entah sampai kapan aku dan dia menunggu kesempatan itu. Aku dan dia hanya terus berharap, semoga takdir segera mempertemukan kami. Secepatnya.
Tapi ternyata, takdir berkata lain.
Tepat di bulan ketujuh hubungan kami, kami memutuskan untuk menyudahinya.
Sebabnya? Ada banyak hal yg tak bisa kami atasi. Masalah utamanya tetap pada sifat keras kami masing-masing. Kuakui aku yg terlalu egois padanya, dan dia yg terlalu sabar menghadapiku. Aku yg terlalu banyak mengecewakannya, dia yg terlalu sering mengalah. Saat itu aku tau dia mulai lelah, akupun tak bisa lagi mempertahankan ini. Aku tidak mau makin membuatnya kecewa atas ulahku. Aku juga tidak ingin menyiksa dan melukainya lebih lama lagi.
Maka itu, aku dan dia sepakat untuk mengakhiri hubungan yg sudah memasuki bulan ketujuh ini. Bukan sudah tidak ada rasa sayang lagi, tapi kurasa inilah yg terbaik untuk kami. Dan semoga memang yg terbaik..
Ini adalah bulan kesepuluh setelah kami berpisah, dan rasa sayang ini masih ada sampai saat ini. Sampai kini dimana dia telah memiliki kekasih lagi.
********
Aku pernah jatuh cinta pada Dia yang tak bisa kumiliki. Aku bertemu dengannya pertama kali tepat di harijadiku yg ke delapanbelas, dua tahun lalu. Aku bisa melihatnya secara langsung dg kedua mataku, aku dapat mendengar suaranya tanpa perantara alat apapun. Aku bisa berbicara banyak hal dengannya sambil bertatap muka secara langsung.
Aku benar-benar jatuh cinta dg amat gila padanya.
Ya, aku mencintainya dg membabi buta. Seolah aku tidak perduli dg sgala sikap menyebalkannya yg sering dia perbuat padaku. Aku mencintai kelebihan dan kekurangan yg ada pada dirinya. Aku cinta sikap cueknya. Aku cinta segalanya.
Dan saat itu aku pun merasa dia juga merasakan hal yg sama. Aku cukup yakin dia dan aku akan menjalin hubungan yg lebih dari ini. Aku sangat berharap kami bisa saling memiliki.
Tapi takdir berkata lain.
Pada akhirnya dia memilih untuk meninggalkanku. Dia memutuskan untuk memilih orang lain yg dia rasa pantas untuk menemani harinya. Dia meninggalkanku dg alasan yg sangat klise, dengan mengatakan ; 'aku tidak memiliki perasaan apapun padamu'.
Aku tak percaya dg semua itu. Karena aku yakin dia pasti memiliki rasa yg sama. Mungkin karena berbagai alasan lah yg akhirnya menentukan siapa yg dia pilih. Dan pilihannya itu ternyata bukan aku.
Dan jujur saja, aku masih menyimpan rasa padanya hingga saat ini. Aku blum bisa melupakan dan membuang segala rasa ini untuknya. Sampai sekarang akupun masih cukup yakin dg pemikiranku. Aku yakin dia pasti memiliki rasa yg sama meski dia tak mengatakannya padaku. Sejak dua tahun lalu, mungkin sampai saat ini. Sampai saat dimana dia kini sudah memiliki kekasih. Mungkin.
****
Sebuah kejujuran perasaan, dan realita yang ada...
NICE CHELA! :D
BalasHapusThanks Hel..:)
HapusIni tulisan lamaku sebenarnya Hel, tapi baru aku post. Curhatan lawas, hehe
HapusAku kasih tau biar nggak salah paham :p
#lah #salahpahamapaan #ngaco #hehe